Berita  

Literasi di Indonesia Masih Sangat Rendah, Potensi Sumber Daya Manusia Minim Kemampuan Memecahkan Masalah

Ilustrasi - Anak gemar membaca. (iStock)

IDNEWS.CO.ID – Tanggal 8 September menjadi tanggal penting yang wajib dicatat semua orang.

The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) secara resmi mendeklarasikan setiap tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Literasi Internasional (Hari Aksara Internasional).

Pertama kali diproklamasikan oleh UNSECO pada tanggal 17 November 1965.

Kini, UNESCO mencari tahu kemampuan literasi apa saja yang diperlukan masyarakat dalam menghadapi era digital dan mengeksplorasi program serta kebijakan di bidang literasi.

Literasi merupakan istilah umum yang merujuk pada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca dan menulis.

Tak hanya sebatas membaca dan menulis, literasi individu juga mencakup kemampuan dan keterampilan dalam berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah.

Enam literasi dasar yang harus dikuasai orang dewasa menurut World Economic Forum:

  1. Baca tulis
  2. Literasi numerasi
  3. Literasi finansial
  4. Literasi sains
  5. Literasi budaya dan kewarganegaraan
  6. Literasi teknologi informasi dan komunikasi atau digital.

Bagaimana kabar literasi di Indonesia?

Menurut Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh OECD, Indonesia menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki tingkat literasi ‘rendah’ di tahun 2019, di peringkat 62 dari 70 negara.

Sedangkan 8 negara masuk dalam kategori literasi tertinggi di dunia karena memiliki penduduk yang gemar membaca buku.

Ada sebuah kata mutiara yang berbunyi ‘buku adalah jendela dunia’.

Maksudnya adalah dengan membaca buku kita dapat mengetahui informasi apa saja.

Urutan skor literasi seluruh provinsi di Indonesia.

Semenjak terjadinya pandemi COVID-19 di tahun 2020, UNESCO juga memerhatikan bahwa di Bali, tingkat pembelajaran literasi sangat terbatas karena banyak sekolah-sekolah yang ditutup.

Anak-anak yang tinggal di daerah terpencil tanpa akses internet dan buku juga mengalami kesulitan dalam meningkatkan literasi membaca.

Berdasarkan data pemetaan kondisi dari Perpustakaan Nasional RI, kegemaran membaca di Indonesia sejak tahun 2016 yang sebelumnya hanya di angka 26 dari 100, telah meningkat menjadi 59,52 di tahun 2021.

Dengan membaiknya kondisi pandemi, penduduk Indonesia sudah bisa menghabiskan waktu di luar rumah, salah satunya di perpustakaan.

Perpustakaan Nasional RI yang terletak di ibukota Jakarta dapat diandalkan setelah menerima predikat kualitas dua tertinggi pelayanan publik dari penilaian Ombudsman di tahun 2022.

Namun, masih dipertanyakan apabila kualitas perpustakaan daerah memadai.

Ilustrasi – Gemar membaca. (ist)

Berdasarkan suatu utas di kanal media sosial Twitter, pelayanan dan kebersihan perpustakaan daerah di Manado, Sulawesi Utara di tahun 2023 belum cukup memuaskan.

Walau dalam segi teknologi perpustakaan tersebut sudah memadai, dengan adanya kode QR yang disediakan untuk pendataan pengunjung.

Banyak juga buku-buku yang harus diperbarui untuk memastikan bahwa penduduk di daerah Manado bisa terus belajar mengikuti jaman.

Kondisi buku di perpustakaan Sulawesi Utara terlihat sudah lama tidak diurus, dengan perpustakannya sendiri yang berdebu tanpa adanya sistem ventilasi yang cukup baik.

Berdasarkan Komisi IV DPRD Sulawesi Utara, APBD dan APBN mendukung meningkatan kualitas perpustakaan daerah dengan memberi anggaran 14 M di tahun 2022, tetapi perubahan yang signikan masih belum terlihat.

Dalam seksi komen, muncul penduduk-penduduk dari provinsi lain yang menunjukkan bahwa perpustakaan daerah di Jogja, Boyolali, dan Bogor sudah bisa mulai membantu meningkatkan literasi membaca penduduknya.

Di antaranya dengan perpustakaan yang nyaman untuk dikunjungi penduduk dan buku-buku yang sudah diperbarui.

Selagi penduduk Indonesia berharap pemerintah-pemerintah daerah dapat bekerjasama dalam membuat semua perpustakaan di Indonesia menjadi lebih baik.

Sudah mulai ada organisasi-organisasi lokal yang mendukung literasi penduduk dan anak Indonesia, seperti contohnya Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI), Gerakan Suka Baca (GSB), dan Basabali.

Tingkat Kegemaran Membaca di Indonesia

Pada 2022, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI merilis hasil survei Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) 2022 di seluruh Indonesia.

Perpusnas mengumpulkan data responden di 102 kota dari 34 provinsi di Indonesia.

Target awal dari survei adalah 100-200 responden di tiap kabupaten/kota sehingga totalnya sebanyak 11.195 responden.

Pada hasil akhir survei, terdata sebanyak 11.158 responden memiliki kegemaran membaca atau sebesar 99,7%.

Berdasarkan survei yang dilakukan secara online dan offline itu, Kota Yogyakarta adalah kota yang tingkat gemar membaca penduduknya paling tinggi.

Kota Yogyakarta memperoleh Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) sebesar 73,21.

Adapun TGM masyarakat di Indonesia secara keseluruhan adalah sebesar 63,9 pada tahun 2022.

Perolehan angka tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan pada TGM di Indonesia sebesar 7,4% dari tahun sebelumnya yang sebesar 59,52%.

Sementara, provinsi dengan perolehan skor tingkat kegemaran membaca tertinggi di Indonesia jatuh pada Provinsi Yogyakarta yakni sebesar 72,29.

Kemudian di peringkat kedua adalah Provinsi Jawa Tengah dengan peroleh skor TGM sebesar 70,96 poin dan peringkat ketiga adalah Provinsi Jawa Barat dengan perolehan skor sebesar 70,1.

10 Kota/Kabupaten yang Penduduknya Paling Gemar Membaca:

  1. Kota Yogyakarta
    TGM: 73,21
    Provinsi: DI Yogyakarta
  2. Kabupaten Gunungkidul
    TGM: 72,46
    Provinsi: DI Yogyakarta
  3. Kota Semarang
    TGM: 72,33
    Provinsi: Jawa Tengah
  4. Kota Bandung
    TGM: 72,15
    Provinsi: Jawa Barat
  5. Kota Jakarta Pusat
    TGM: 71,51
    Provinsi: DKI Jakarta
  6. Kota Surabaya
    TGM: 71,21
    Provinsi: Jawa Timur
  7. Kabupaten Boyolali
    TGM: 70,74
    Provinsi: Jawa Tengah
  8. Kabupaten Bantul
    TGM: 70,29
    Provinsi: DI Yogyakarta
  9. Kabupaten Karawang
    TGM: 70,16
    Provinsi: Jawa Barat
  10. Kota Makassar
    TGM: 70,15
    Provinsi: Sulawesi Selatan

Beberapa faktor yang menyebabkan minat baca masyarakat Indonesia masih rendah:

  1. Belum ada kebiasaan membaca yang ditanamkan sejak dini

Role model anak di keluarga adalah orang tua dan anak-anak biasanya mengikuti kebiasaan orang tua.

Oleh karena itu, peran orang tua dalam mengajarkan kebiasaan membaca menjadi penting untuk meningkatkan kemampuan literasi anak.

Biasanya kita sering mendengar kata membaca sebagai hobi, sehingga orang masih menganggap sepele akan pentingnya membaca.

Paradigma inilah yang harus diubah untuk menjadikan membaca sebagai kewajiban.

  1. Akses ke fasilitas pendidikan belum merata dan minimnya kualitas sarana Pendidikan

Sudah menjadi fakta bahwa kita masih melihat banyak anak yang putus sekolah, sarana pendidikan yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar, dan panjangnya rantai birokrasi dalam dunia pendidikan.

Hal inilah yang secara tidak langsung menghambat perkembangan kualitas literasi di Indonesia.

  1. Masih kurangnya produksi buku di Indonesia

Sebagai dampak dari belum berkembangnya penerbit di daerah, insentif bagi produsen buku dirasa belum adil, dan wajib pajak bagi penulis yang mendapatkan royalti rendah.

Sehingga memadamkan motivasi mereka untuk melahirkan buku berkualitas.

Melalui peringatan Hari Literasi Internasional diharapkan ada perhatian dari pemerintah Indonesia untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan membenahi prasarana pendidikan secara merata agar semua orang bisa mendapatkan akses yang sama.

Belum lama ini, Presiden Jokowi meresmikan program pengiriman buku gratis setiap tanggal 17 ke seluruh daerah di Indonesia.

Program yang diinisiasi oleh Duta Baca Indonesia, Najwa Shihab dengan beberapa pegiat literasi ini bekerja sama dengan PT. Pos Indonesia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk peduli akan literasi di Indonesia.

Pengiriman buku gratis bisa dilakukan setiap bulannya pada tanggal 17.

Melalui program ini diharapkan dapat mempermudah akses terhadap buku dan meningkatkan minat baca masyarakat.

Terdapat 10 provinsi dengan skor literasi tertinggi di Indonesia

Pada 2021, secara nasional, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 mendapatkan skor 3,49 atau pada level ‘sedang’.

Dari 34 provinsi di Indonesia, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapat skor literasi digital tertinggi, yaitu 3,71.

DKI Jakarta sebagai ibu kota negara justru tak masuk dalam 10 besar daerah dengan skor literasi digital tertinggi.

DKI hanya mendapat skor 3,51 atau sedikit di atas rata-rata nasional.

Berikut 10 daerah dengan skor literasi tertinggi 2021:

  1. DIY 3,71
  2. Kepulauan Riau 3,68
  3. Kalimantan Timur 3,62
  4. Sumatera Barat 3,61
  5. Gorontalo 3,61
  6. Papua Barat 3,61
  7. Nusa Tenggara Timur 3,60
  8. Kalimantan Barat 3,58
  9. Aceh 3,57
  10. Kalimantan Utara 3,57

Berikut 10 daerah dengan skor terbawah:

  1. Maluku Utara 3,18
  2. Riau 3,35
  3. Papua 3,37
  4. Banten 3,37
  5. Jambi 3,41
  6. Sulawesi Tenggara 3,43
  7. Bali 3,43
  8. Sumatera Selatan 3,44
  9. Nusa Tenggara Barat 3,45
  10. Maluku 3,46

8 Negara dengan Literasi Tertinggi di Dunia:

  1. Finlandia

Negara berbatasan dengan Rusia di sisi timur ini, terkenal dengan penduduknya yang gemar membaca buku.

Tak mengherankan jika di Finlandia tidak begitu sulit untuk menemukan perpustakaan.

Demi mendukung kebiasaan penduduknya yang gemar membaca buku, negara 1.000 danau tersebut memiliki 738 perpustakaan yang mana perpustakaan tersebut terdiri dari perpustakaan umum maupun universitas.

  1. Swedia

Negara Skandinavia yang memiliki literasi tinggi seperti Finlandia adalah Swedia.

Bukan hanya terkenal dengan penduduknya paling bahagia di dunia.

Penduduk Swedia juga memiliki kegemaran dalam membaca buku sehingga literasi di Swedia tertinggi di dunia.

Penduduk Swedia mempunyai kebiasaan memberikan sebuah bingkisan berisi buku bacaan untuk keluarga yang baru memiliki bayi.

Pemberian bingkisan berisi buku tersebut bertujuan agar sedini mungkin, anak-anak terbangun kebiasaan membaca buku.

  1. Belanda

Negara berjuluk kincir angin ini sudah menumbuhkan kebiasaan penduduk untuk membaca buku dari sejak anak-anak.

Sudah menjadi pemandangan umum bayi-bayi di Belanda akan mendapatkan formulir anggota perpustakaan.

Selain mendapat formulir anggota perpustakaan untuk para bayi, Pemerintah Belanda tak lupa memberi seperangkat buku untuk bayi dan orang tuanya.

  1. Jepang

Negara Jepang memiliki penduduk yang memiliki kebiasaan membaca yang cukup tinggi.

Dalam setahun rata-rata penduduk Jepang meminjam buku lebih dari seratus.

Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan penduduk Jepang yang gemar membaca buku di tempat umum seperti di kereta, di halte, maupun di taman.

Penduduk Jepang lebih memilih membaca buku, surat kabar, maupun majalah ketimbang bermain telepon pintar.

  1. Hongkong

Dalam setahun ada sekitar 49 juta buku yang dipinjam oleh masyarakat Hongkong.

Penduduk Hongkong juga memiliki kegemaran dalam membaca buku, hal ini dapat dilihat dari banyaknya perpustakaan umum yang didirikan.

  1. Australia

Negara berjuluk negara Kanguru ini mempunyai sebuah program untuk keluarga agar bisa menanamkan budaya membaca dalam keluarga yang dinamai ‘Reading Challenge’ atau tantangan membaca.

Bukan hal yang sulit untuk menemukan perpustakaan umum di Australia, pasalnya di setiap sudut kota terdapat perpustakaan umum.

  1. China

Negeri Tirai Bambu juga tak kalah dengan negara-negara lain yang memiliki tingkat literasi yang tinggi.

China, tepatnya kota Shanghai penduduknya diketahui gemar membaca buku.

Terbukti, ada lebih dari 80 juta buku yang dipinjam penduduk dari perpustakan kawasan Shanghai.

  1. Singapura

Penduduk Singapura, tepatnya masyarakat yang tinggal di kota Singapura memiliki kebiasaan membaca buku yang tinggi.

Sebanyak 33 juta buku di berbagai perpustakaan di kota Singapura berhasil dipinjam oleh penduduk setiap tahunnya. (fat/net)

Exit mobile version