Berita  

Jakarta Menuju Ultah ke-496

Ibu Kota - Monumen Nasional sebagai simbol DKI Jakarta. (ist)

IDNEWS.CO.ID – HUT Kota Jakarta jatuh pada tanggal 22 Juni 2023 pada usia ke-496.

Sebuah usia yang hampir mencapai setengah milenium, mencerminkan perjalanan panjang peradaban sejarah.

Jakarta menjadi saksi dari berbagai rentetan panjang sejarah dan peristiwa bangsa Indonesia.

Kota yang menjadi tempat berkumpulnya kaum Betawi ini pun dipenuhi dengan berbagai dinamika.

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi menuturkan, Jakarta yang dikenal sebagai ibu kota negara sejak

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, merupakan sebuah daerah yang memiliki peran besar dalam banyak peristiwa bersejarah.

Hal ini yang menjadi salah satu alasan Jakarta sebagai daerah khusus dan strategis untuk bangsa Indonesia.

Dalam perkembangannya, Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis telah menjadi tujuan bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam mengadu peruntungan.

“Jakarta juga tumbuh sebagai lambang kemakmuran dan kesejahteraan standar daerah maju di Indonesia,” ujar Prasetyo Edi Marsudi kepada Legslatif Jaya.

Sejarah mencatat, sambung wakil rakyat dari Fraksi PDI Perjuangan itu, Jakarta menjadi tempat dilaksanakannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Seorang perempuan asal Bengkulu, yakni Fatmawati, telah turut berkontribusi sebagai penjahit bendera Merah Putih.

Untuk pertama kalinya, Sang Saka Merah Putih berkibar pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta.

Pada tahun 2000, nama Fatmawati diabadikan sebagai pahlawan nasional dan diabadikan sebagai nama sebuah jalan di wilayah Jakarta Selatan.

Pria yang yang akrab disapa Pras itu juga mengatakan, sebagai ibu kota negara sekaligus pusat bisnis terbesar di Indonesia, Jakarta telah menjadi sebuah wilayah dengan segala keistimewaannya.

Secara politik, sambung dia, sebagai daerah otonomi khusus pusat pemerintahan, maka dukungan pembangunan infrastruktur sampai program strategis prioritas selalu dipusatkan di Jakarta.

“Sudah tentu, hal ini menjadi nilai tambah bagi Jakarta, sehingga menjadi magnet bagi masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Meraoke untuk datang ke Jakarta,” ungkap Pras.

Lebih Dominan

Di sisi lain, Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono mengemukakan, Jakarta yang semakin padat merupakan dampak kebijakan dalam jangka panjang yang menggabungkan berbagai macam fungsi dalam satu daerah, seperti pusat pemerintahan, ekonomi sosial budaya, pendidikan, entertain, kesehatan, hingga berbagai macam fungsi startegis lainnya.

Beragam fungsi yang memiliki banyak peran dalam pengembangan daerah, kata dia, Jakarta menjadi lebih dominan.

“Tentunya, awal dari penggabungan berbagai fungsi ini dilatarbelakangi oleh kebijakan atas kemudahan koordinasi dalam satu komando pemerintahan yang lebih terararah,” papar wakil rakyat dari Fraksi Partai Demokrat yang membidangi pemerintahan tersebut.

Seiring waktu, tambah Mujiyono, kebijakan ini terasa kurang sesuai lagi.

Mengingat luas daerah Jakarta yang terbatas dan fungsinya yang semakin besar.

Sehingga tidak dapat lagi menampung semua komponen yang dibutuhkan.

Hal ini diperparah dengan semakin banyaknya urbansasi ke Jakarta yang menimbulkan  permasalahan sosial baru.

Tentunya, permasalahan ini merupakan akumulasi dari waktu yang panjang dan berbagai keterbatasan dalam pengelolaan kota besar.

“Kita tidak bisa menyalahkan siapapun atas segala permasalahan yang terjadi di Jakarta sebagai ibu kota negara. Tetapi, kita wajib untuk terus membenahi Jakarta dan mencari solusi terbaik. Langkah ini semakin nyata terlihat dengan pembangunan berbagai infrastruktur umum yang dirasakan oleh masyarakat Jakarta,” urai politisi Partai Demokrat itu.

Lebih Mandiri

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua SE saat diminta pendapatnya tentang bagaimana Jakarta setelah tidak lagi menjadi ibu kota negara, menyebutkan bahwa pemerintah pusat memang telah merencanakan perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur.

Hal itu, menurut dia, merupakan sebuah usaha untuk pemerataan pengembangan keseimbangan wilayah negara yang harus didukung semua pihak.

Beban Jakarta selama ini, sambung Inggard, sangat berat dengan menjadi pusat pemerintahan dan fungsi-fungsi lainnya.

Maka, setelah ibu kota negara dipindahkan ke Kalimantan Timur, Jakarta akan terbantu.

Berpindahnya ibu kota negara ke Kalimantan Timur, kata politisi Partai Gerindra itu, bukan berarti eksistensi Jakarta akan berkurang. Justru hal ini akan membuat Jakarta lebih mandiri.

Jakarta telah mengemas diri menjadi megapolitan berskala internasional dengan fasilitasnya.

“Pengembangan berbagai infrastruktur seperti pelayanan publik, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, bahkan termasuk bisnis dan entertain menjadi branding yang akan dikembangkan karena memang sudah ada di Jakarta dan tiggal menyempurnakannya,” urai Inggard.

Ke depan, imbuh dia, perhatian penuh untuk Jakarta akan lebih mudah dibentuk. Dengan branding sebagai kota kelas dunia atau global city, tentunya akan mebuat Jakarta lebih menarik bagi para pelaku bisnis kelas dunia. (bhd/lj)

Exit mobile version