Pusat Budaya, Jakarta Tempat Berkumpulnya Berbagai Suku

KEBUDAYAAN - Kota Jakarta sebagai tempat berkkumpulnya berbagai kebudayaan di Indonesia. (ist)
banner 468x60
IDNEWS.CO.ID – Kalangan legislatif meyakini bahwa Kota Jakarta akan menjadi pusat budaya bila tak lagi menyandang status ibu kota negara.
Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Taufik Azhar mengemukakan, sejarah Jakarta yang sangat panjang telah membawa jejak kebudayaan yang sangat beragam.
Hal ini didukung oleh semakin tingginya tingkat urbaniasi, bahkan jauh sebelum kemerdekaan.
“Selain itu, dulu bangsa Eropa, Cina dan Arab datang ke Batavia untuk berbagai tujuan dan akhirnya menetap. Semua orang yang datang telah membawa budaya asalnya ke Jakarta,” tutur putra Betawi asal Condet, Jakarta Timur itu.
Kini, tambah Taufik, muncul perkampungan-perkampungan yang ditempati pendatang dari berbagai daerah Indonesia, bahkan dari luar negeri. Seperti, Kampung Cina dan Kampung Arab.
“Inilah sebagai wilayah awal permukiman para pendatang dari suatu suku. Meskipun sekarang daerah yang identik dengan nama suku tidak lagi didominasi oleh penduduk dari suku daerah tersebut,” tutur dia.
Taufik menambahkan, pertemuan masyarakat dari berbagai suku telah membentuk akulturasi budaya yang berkembang dan berlanjut menjadi identitas baru Jakarta.
Sebuah transformasi yang telah berlangsung dengan bijak, mengingat akulturasi ini menghasilkan pluralisme yang menjadi pembentuk karakter masyarakat Jakarta.
Bahkan pluralisme ini yang membangun Jakarta yang tahun ini genap berusia 496 menjadi sebuah daerah yang demokratis dan kritis, karena mengakomodir banyak gologan.
Berkembangnya Jakarta yang kini berusia 496 tahun dengan segala keberagaman, ungkap dia, tidak menyebabkannya kehilangan akar budaya.
Khususnya, masyarakat Betawi yang kental dengan segala warisan budaya dan kearifan lokal.
“Ini merupakan hal penting sehingga  ketika Jakarta bertransformasi secara global, maka Jakarta tidak akan tercabut dari akar budayanya. Sebaliknya, identitas ini akan terus bertahan dan mengakar sebagai bagian dari keaslian Jakarta,” imbuh Taufik.
Swedangkan Khotibi Achyar yang akrab disapa Haji Beceng (singkatan Betawi Cengkareng-red) menegaskan, akulturasi budaya di Jakarta harus dijaga sebagai pemersatu, sehingga menjadi kekuatan besar.
“Sebagai ibu kota negara, tugas Jakarta memang sangatlah berat dalam menjadi contoh sebagai daerah maju di Indonesia yang menjaga Pancasila melalui pluralisme,” tegas dia.
Keberagaman, sambung Haji Beceng, telah membuat Jakarta yang tahun ini genap berusia 496 tahun menjadi pembentuk karakter bangsa dari konteks nilai sejatrah yang menyatukan Indonesia.
Meskipun ada faktor budaya Betawi yang mengikat Jakarta.
Namun, penduduk Jakarta sangat multikultural. Maka, Jakarta bisa menjadi sebuah kota yang sangat plural, tetapi diikat dengan budaya yang kental.
“Yaitu budaya Betawi. Dan ini menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa bagi Jakarta,” pungkas Haji Beceng. (bhd)
Verified by MonsterInsights